Jumat, 20 April 2012

Batik Klub Bola

[JUAL]
batik klub bola tim-tim kesayangan anda !!
bisa di cek di :   http://s1070.photobucket.com/albums/u486/fadhNh/Batik%20Bola/ 
Berminat? 
harga idr 65000 
Hub : 083820499692

Read More......

Jumat, 02 September 2011

Sistem Lalu Lintas Langit dalam Al-Quran


Tatkala merujuk kepada matahari dan bulan di dalam Al Quran, ditegaskan bahwa masing-masing bergerak dalam orbitnya atau garis edarnya masing-masing.
"Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya." (QS Al-Anbiyaa: 33).
Disebutkan pula dalam ayat yang lain bahwa matahari tidaklah diam, tetapi bergerak dalam garis edar tertentu: "Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui." (QS Yasin :38).
Fakta-fakta yang disampaikan dalam Al Quran ini telah ditemukan melalui pengamatan astronomis di zaman kita. Menurut perhitungan para ahli astronomi, matahari bergerak dengan kecepatan luar biasa yang mencapai 720 ribu kilometer per jam ke arah bintang Vega dalam sebuah garis edar yang disebut Solar Apex.
Ini berarti matahari bergerak sejauh kurang lebih 17.280.000 kilometer dalam sehari. Bersama matahari, semua planet dan satelit dalam sistem gravitasi matahari juga berjalan menempuh jarak ini. Selanjutnya semua bintang di alam semesta berada dalam suatu gerakan serupa yang terencana.
Sebagaimana komet-komet lain di alam raya, seperti komet Halley juga bergerak mengikuti orbit atau garis edarnya yang telah ditetapkan. Komet ini memiliki garis edar khusus dan bergerak mengikuti garis edar ini secara harmonis bersama-sama dengan benda-benda langit lainnya.
Keseluruhan alam semesta yang dipenuhi oleh lintasan dan garis edar seperti ini dinyatakan dalam Al Quran sebagai berikut: "Demi langit yang mempunyai jalan-jalan." (QS Adz-Dzaariyat: 7).
Terdapat sekitar 200 miliar galaksi di alam semesta yang masing-masing terdiri dari hampir 200 bintang. Sebagian besar bintang-bintang ini mempunyai planet dan sebagian besar planet-planet ini mempunyai bulan. Semua benda langit tersebut bergerak dalam garis peredaran yang diperhitungkan dengan sangat teliti.
Selama jutaan tahun masing-masing seolah 'berenang' sepanjang garis edarnya dalam keserasian dan keteraturan yang sempurna bersama dengan yang lain. Selain itu sejumlah komet juga bergerak bersama sepanjang garis edar yang ditetapkan baginya.
Semua benda langit termasuk planet, satelit yang mengiringi planet, bintang dan bahkan galaksi, memiliki orbit atau garis edar mereka masing-masing. Semua orbit ini telah ditetapkan berdasarkan perhitungan yang sangat teliti dengan cermat. Yang membangun dan memelihara tatanan sempurna ini adalah Allah, pencipta seluruh sekalian alam.
Garis edar di alam semesta tidak hanya dimiliki oleh benda-benda angkasa. Galaksi-galaksi pun berjalan pada kecepatan luar biasa dalam suatu garis peredaran yang terhitung dan terencana. Selama pergerakan ini, tak satupun dari benda-benda angkasa ini memotong lintasan yang lain atau bertabrakan dengan lainnya. Bahkan telah teramati bahwa sejumlah galaksi berpapasan satu sama lain tanpa satu pun dari bagian-bagiannya saling bersentuhan.
Dapat dipastikan bahwa pada saat Al Quran diturunkan manusia tidak memiliki teleskop masa kini ataupun teknologi canggih untuk mengamati ruang angkasa berjarak jutaan kilometer. Tidak pula pengetahuan fisika ataupun astronomi modern. Karenanya saat itu tidaklah mungkin untuk mengatakan secara ilmiah bahwa ruang angkasa 'dipenuhi lintasan dan garis edar' sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut. Akan tetapi hal ini dinyatakan secara terbuka kepada kita dalam Al Quran yang diturunkan pada saat itu: karena Al Quran adalah firman Allah.

Read More......

Minggu, 21 Agustus 2011

Keseimbangan Jumlah Kata Dalam Al Quran


Semua keajaiban itu menunjukkan bukti bahwa ada kekuatan yang maha dahsyat yang melebihi kekuatan manusia., yaitu Allah. Berikut rangkuman / ringkasan dari hasil penelitiannya tersebut, di mana pembaca bisa membuktikan sendiri secara tepat dengan merujuk pada Kashful-ul-Ayat dari Quran :
A. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan lawan katanya :



          


* Kata `Hayat’ (Hidup) dan `Maut’ (Mati) masing-masing ditemukan sebanyak 145 kali.
* Kata `Al Nafa’a’ (Manfaat) dan `Al Madharrat’ (Madharrat) masing-masing sebanyak 50 kali.
* Kata `Al Har’ (Panas) dan `Al Bardu’ (Dingin) masing-masing sebanyak 4 kali.
* Kata `As Sholiha’ (Kebajikan) dan `As Sayah’ (Keburukan) masing-masing sebanyak 167 kali.
* Kata `At Thoma’ninah’ (Kelapangan/ Ketenangan) dan `Adduk’ (Kesempitan / Kekesalan) masing-masing sebanyak 13 kali.
* Kata `Arrobat’ (Cemas / Takut) dan `Arrogho’ (Harap / Ingin) masing-masing sebanyak 8 kali.
* Kata `Al Kafir’ (Kafir) dan `Al Iman’ (Iman) dalam bentuk difinite masing-masing sebanyak 8 kali, sedang dalam bentuk indifinite masing-masing sebanyak 17 kali.
* Kata `As Shufah’ (Musim Panas) dan `As Syata’ (Musim Dingin) masing-masing sebanyak 1 kali.
* Kata `Dunya’ (Dunia) dan `Akherat’ (Hari Kemudian) masing-masing sebanyak 115 kali.
* Kata Setan dan Malaikat masing-masing sebanyak 88 kali.
B. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan persamaan makna yang dikandungnya :
* Kata `Al Harot’ dan `An Naro’at’ (Membajak/ Bertani) masing-masing sebanyak 14 kali.
* Kata `Al Ajaba’ dan `An Ghororoh’ (Membanggakan Diri / Angkuh) masing-masing sebanyak 27 kali.
* Kata (Orang Sesat / Mati Jiwanya) masing-masing sebanyak 17 kali.
* Kata (Quran, Wahyu, dan Islam, ) masing-masing sebanyak 70 kali.
* Kata (Akal dan Cahaya) masing-masing sebanyak 49 kali.
* Kata (Nyata) masing-masing sebanyak 16 kali.
C. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan kata yang menunjuk pada akibatnya :
* Kata (Menafkahkan) dengan (Kerelaan) masing-masing sebanyak 73 kali.
* Kata (Kekikiran) dan (Penyesalan) masing-masing sebanyak 12 kali.
* Kata (Orang-orang kafir) dan (Neraka/ Pembakaran) ) masing-masing sebanyak 154 kali.
* Kata (Zakat/ Pensucian) dan (Kebajikan yang banyak) ) masing-masing sebanyak 32 kali.
* Kata (Kekejian) dan (Murka) ) masing-masing sebanyak 26 kali.
* Kata `Al Rijs’ (Godaan Syaithan dan Najis) dan `Al Rejz’ (Siksa yang pedih) masing-masing sebanyak 10 kali.
* Kata `Ilm’ (Mengetahui), `Ma’rifat’ (Pengenalan Allah), dan `Iman’ (Keyakinan) masing-masing sebanyak 811 kali. Ini menunjukkan bahwa melalui pengenalan kepada Allah dapat menghantarkan pada keyakinan yang teguh.
D. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan kata penyebabnya :
* Kata (Pemborosan) dan (Ketergesa-gesaan) masing-masing sebanyak 23 kali.
* Kata (Nasehat/ Petuah) dan (Lidah) masing-masing sebanyak 25 kali.
* Kata (Tawanan) dan (Perang) ) masing-masing sebanyak 6 kali.
* Kata (Kedamaian) dan (Kebajikan) ) masing-masing sebanyak 60 kali.
E. Keseimbangan Khusus
* Kata `Yaum’ (Hari) dalam bentuk tunggal ditemukan sebanyak 365 kali, sama dengan jumlah hari dalam setahun.
* Kata `Yaam’ dan `Yaumin’ (Hari-hari) dalam bentuk jamak, jumlah keseluruhannya ditemukan sebanyak 30 kali, sama dengan jumlah hari dalam sebulan.
* Kata `Syahr’ (Bulan) ditemukan sebanyak 12 kali, sama dengan 12 bulan dalam setahun.
* Kata `Asbat’ (Dua belas sahabat Nabi Musa) dan `Hawariun’ (Dua belas sahabat Nabi Isa) masing-masing ditemukan sebanyak 5 kali.
* Kata-kata yang menunjuk pada utusan Tuhan, yaitu (Rasul), (Nabi), (Pembawa Berita Gembira), dan (Pemberi Peringatan) keseluruhannya berjumlah 518 kali. Jumlah ini seimbang dengan jumlah penyebutan nama-nama Nabi, Rasul, Pembawa Berita tersebut, yakni 518 juga.
* Dalam Quran terdapat 7 (tujuh) ayat yang memberi penjelasan tentang langit ada `tujuh’, dan 7 (tujuh) ayat pula yang menjelaskan terciptanya langit dan Bumi dalam `enam’ tahap.
Jumlah Kata Yang Berlawanan
hidup (al-haya_h) : 145
mati (al-mawt) : 145
perbuatan baik (ash-sha_liha_t) : 167
perbuatan buruk (as-sayyi’a_at) : 167
dunia (ad-dun-ya_) : 115
akhirat (al-a_khirah) : 115
saying aloud (al-jahr) : 16
in public (al-alaniyah) : 16
Jumlah Kata Yang Berhubungan
setan (syaytha_n) atau (syaya_thi_n) : 80
malaikat (mala_ikah) atau (malak) : 80
mereka berkata (qa_lu_) : 332
katakanlah! (qul) : 332
kecintaan (al-muhabbat) : 83
keta’atan (ath-tha’aat) : 83
hidayah (al-hida_yah) : 79
rahmat (ar-rahmat) : 79
keselamatan (as-salaam) : 50
kebaikan (ath-thayyibaat) : 50
kesukaran (asy-syadah) : 102
kesabaran (ash-shabr) : 102
musibah (al-mushi_bah) : 75
bersyukur (asy-syukr) : 75
Catatan : tanda tanya bagi saya
Iblis (al-ibli_s) : 11
memohon perlindungan Allah (dari iblis): (al-sti’a_dhatu billaah) : 11
Berkaitan dengan persamaan matematik
Beberapa ayat Al-Quran menunjukkan struktur matematik yang menakjubkan, berkaitan dengan ‘persamaan’ dan ‘pertidaksamaan’. Sebagai contoh, dalam Quran dinyatakan dengan “persamaan A adalah seperti B” <matsalu A kamatsali B> :
[Quran 3:59]
Sesungguhnya persamaan “Isa” di sisi Allah seperti persamaan “Adam”.
Kata “Isa” dan “Adam” sama-sama muncul 25 kali.
[Quran 7:176]
“anjing” dengan “kaum yang mendustakan ayat-ayat Kami”
Maka persamaannya ialah :
Bahwa “kaum yang mendustakan ayat-ayat Kami” (al-qawmul-ladzi_na kadz-dabu_ bi a_ya_tina_) dipersamakan / diibaratkan kelakuannya seperti seekor “anjing” (kalb). Yaitu jika kamu menghalaunya, ia menjulurkan lidahnya, atau jika kamu membiarkannya, ia menjulurkan lidahnya juga.
“Anjing” (kalb) tertulis 5 kali sebagaimana kata “Kaum yang mendustakan ayat-ayat Kami” (al-qawmul-ladzi_na kadz-dabu_ bi a_ya_tina_) tertulis 5 kali juga.
[Quran 29:41]
Persamaan “orang-orang yang mengambil untuk mereka wali-wali selain daripada Allah” (alladzi_nat-takhadzu_ mindu_nil-laahi), ialah seperti persamaan “laba-laba” (al-’ankaabu_t).
Laba-laba (al-’ankabu_t) tertulis 2 kali, “Orang-orang yang mengambil untuk mereka wali-wali selain daripada Allah” (alladzi_nat-takhadzu_mindu_nil-laahi) tertulis 2 kali juga.
[Quran 62:5]
Persamaan “orang-orang yang dibebankan dengan Taurat”, kemudian mereka tidak memikulnya adalah seperti persamaan “seekor keledai” yang memikul buku-buku yang tebal.
“Keledai” (al-hima_r) dan “orang-orang yang dibebankan dg taurat” (al-ladzi_na humilut-tawra_t) sama-sama muncul di ayat ini, yaitu hitungannya sama-sama satu kali muncul.
Berkaitan dengan pertidaksamaan matematik
Dalam Quran, dijumpai petunjuk tentang pertidaksamaan ketika ada ayat yang menyatakan “Adakah sama antara A dan B (hal yastawi_ A wa B?), sebagaimana ditemukan dalam beberapa ayat. Tentunya, kita akan berfikiran bahwa tentu saja kemungkinan (probabilitas) ketidaksamaan jumlah antara A dan B adalah sangat besar, akan tetapi anehnya, jika kita temukan ayat yang menyatakan ketidaksamaan antara A dan B, diketahui bahwa perbedaan jumlah antara A dan B adalah TEPAT SATU. Menakjubkan bukan?
Contoh:
[Quran 4:95]
Tidaklah sama antara “mu’min yang duduk [yang tidak ikut berperang] yang tidak mempunyai “uzur”" (al-qa_idu_n) dengan “orang-orang yang berjihad di jalan Allah” (al-muja_hidu_n) …
Jumlah kemunculan (al-qa_idu_n) / (al-qa_idi_n) = 4
Jumlah kemunculan (al-muja_hidu_n) / (al-muja_hidi_n) = 3
[Quran 6:50]
… Apakah sama “orang yang buta” (al-a’ma_) dengan “orang yang melihat” (al-bashi_r)? Maka apakah kamu tidak memikirkan(nya)?
Jumlah kemunculan (al-a’ma_) = 8
Jumlah kemunculan (al-bashi_r) = 9
[Quran 13:16]
… Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau samakah “gelap gulita” (adz-dzuluma_t) dan “terang benderang” (an-nu_r) …
Jumlah kemunculan (adz-dzuluma_t) = 14
Jumlah kemunculan (an-nu_r) = 13
Ada sedikit kejanggalan terhadap fenomena ini di Quran 5:100, yang dijelaskan sebagai berikut :
[Quran 5:100]
… :Tidak sama “yang buruk” (al-khabi_ts) dengan “yang baik” (at-thayyib), meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, …
Catat akhir ayat di atas, bahwa : “banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, … ”
Ternyata, jumlah kata (al-khabi_ts) dengan (at-thayyib” adalah SAMA, yaitu 7 kali kemunculan. Penjelasan dari kejanggalan ayat ini ditemukan di Quran 8:37 yang menyatakan :
[Quran 8:37]
Supaya Allah memisahkan yang buruk daripada yang baik, dan “supaya Dia meletakkan yang buruk, sebahagiannya di atas sebahagian yang lain”, …
Di ayat ini, dikatakan bahwa Dia meletakkan “yang buruk” (al-khabi_ts) sebahagian di atas sebahagian yang lainnya, sehingga jumlahnya seakan-akan bertambah (seakan-akan sama, yakni sama-sama muncul 7 kali).
Berkaitan dengan fakta zaman
Jumlah kata “jam” : 48
Jumlah kata “hari [tunggal/singular]” (yawm) : 365
Jumlah kata “hari-hari (jamak/plural)” : 30
Jumlah kata “bulan” (sahar) : 12
Jumlah kata “tahun-tahun [jamak/plural]” (sanah) : 12
The following is an analysis (partial) of some of the numerical miracles of the Quraan. Number of times the following words are mentioned in the Quran
* Dunia 115
Akhirat 115
* Malaikat 88
Shaythan 88
* Life 145
Death 145
* Benefit 50
Corrupt 50
* People 50
Messengers 50
* Eblees (king of devils) 11
Seek refuge from eblees 11
* Museebah (calamity) 75
Thanks 75
* Spending (sadaqah) 73
Satisfaction 73
* People who are Mislead 17
Dead people 17
* Muslimeen 41
Jihad 41
* Gold 8
Easy life 8
* Magic 60
Fitnah (dissuasion, misleading) 60
* Zakat 32
Barakah 32
* Mind 49
Noor (light) 49
* Tongue 25
Sermon 25
* Desire 8
Fear 8
* Speaking publicly 18
Publicising 18
* Hardship 114
Patience 114
* Mohammad 4
Sharee*ah 4
* Man 24
Woman 24
* Solat (Prayer ) 5
* Month 12
* Day 365
* Sea 32
* Land 31
* Sea + land = 32 + 13 = 45
% sea = 32 / 45 * 100 % = 71.11111111
% land= 13 / 45 * 100 % = 28.88888889
____________
100.00 %
The new science has proven that the water covers 71.111 % of the earth, while the land covers 28.889 % Is this a coincidence? Who taught prophet Mohammad all this? Allah, the All-Mighty taught him this. This is but a ew of the scientific miracles of the Quraan. There are many more miracles in the field of numbers, astronomy, space, medicine, geology, engineering, mind, etc.
Sumber:
http://www.websolution.net/islamicweb/numbers.htm
http://www.islamic.org.uk/struct.html
http://www.geocities.com/Athens/Academy/7368/quran_scatter.htm
http://www.moslem.org/yuksel/365days.htm
http://www.it-is-truth.org/
http://www.gulfdc.com/offline/www.it-is-truth.org/
The Scientific Miracle of the Quraan, by Dr. Tariq Al Suwaidan

Read More......

Sabtu, 28 Mei 2011

TAHAN AMARAHMU !!!

    Dalam pergaulan seharian, kita sebagai manusia biasa tidak dapat lari dari keterlanjuran dalam percakapan, perbuatan atau tingkah laku yang bisa
membangkitkan perasaan marah terhadap orang lain. Oleh karena itu, sebagai Muslim asas pergaulan mesti wujud dengan berlandaskan kesabaran. Ketika ini menahan diri dari marah dan memberi kemaafan pada orang harus diamalkan seperti firman Allah:
‘Dan orang-orang yang sabar menahan diri dari marah serta orang yang memberi
kemaafan terhadap orang lain. Sesungguhnya Allah mengasihi orang-orang yang
suka membuat kebaikan.’  (Surah Ali Imran: 134)

Menahan kemarahan atau sabar adalah sesuatu yang penting dalam
hidup, kerana marah sangat bahaya dalam kehidupan seseorang. Sebab itulah
Allah menjanjikan ganjaran yang sangat besar kepada sesiapa yang dapat
menahan dari kemarahan. Sabda Rasulullah s.a.w.:

‘Barangsiapa yang dapat menahan dari kemarahan dan dia bisa menghilangkannya, di hari kiamat kelak Allah memberi keutamaan dari makhluk-makhluk lain untuk dia memilih  pintu surga yang dia mahu.’  (Riwayat At-Tarmizi)

Dari hadis di atas jelas bahwa orang yang dapat menahan dirinya dari
mengikuti nafsu marah dengan melenyapkan segala rasa dendam dari setiap
peristiwa yang berlaku akan mendapat balasan di akhirat kelak, iaitu Allah
anugerahkannya dengan satu kelebihan untuk memilih surga serta diberi
keutamaan sama seperti orang-orang yang mati syahid. (Rujuk Al-Mubarakfuri.
1965, hlm. 166) 

PUNCAK MARAH DAN TINDAKANNYA

Al-Raghib menguraikan perkataan Al-Ghaiz sebagai bersangatan marah,
yaitu ledakan panas secara pantas yang terdapat dalam diri manusia. Ini adalah
hasil dari tindakan marah dalam hati seseorang bila mendengar sesuatu
yang menyentuh hal peribadi atau keluarganya. (Rujuk 'Ali Al-Mugni al-
Fayumi. T. Tarikh. hlm. 459-460)

Imam Muhd. 'Abduh menjelaskan Al-Ghaiz yaitu perasaan marah adalah penyakit yang terdapat pada jiwa manusia apabila merasa kurang mendapat perhatian dari hak yang sepatutnya
didapati, seperti harta benda, pangkat dan kemuliaan. Penyakit marah ini sulit
untuk sembuh serta akan melarat kepada penyakit dendam yang amat sangat
dan ia seringkali membawa keinginan untuk membalas. (Rujuk Muhd. Rasyid
Redha. Cetakan Ke 2. T.Tarikh. hlm.134). Menurut Zarnahsyari, pengertian Al-
Kazim atau Al-Kazmu ialah simpan dalam hati, tidak dapat dilihat dengan mata
kasar terhadap tingkahlaku atau perangainya serta tidak nampak kesan pada
seseorang. Lama-kelamaan ia akan hilang. (Rujuk Al-Zarnahsyari. 1987. hlm. 45)

Berdasarkan firman Allah dan hadis Rasulullah, ialah bertindak menahan
diri dari marah atau dengan kata lain bertindak jangan mengikuti perasaan
marah serta awasi dengan penuh kesabaran. Oleh karena itu sepatutnya bagi setiap jiwa
sabar menjauhkan diri dari marah. Janganlah melaksanakan sesuatu
perbuatan berdasarkan marah kerana ia akan menyakiti orang lain dengan
perbuatan dan ucapan. Sebab itulah Rasulullah menjawab kepada pertanyaan
sahabat dengan persoalan yang berbunyi:

"Wahai Rasulullah! Tunjukkan aku satu amalan yang bisa memasukkan aku ke
dalam surga?" Jawab Rasulullah, "Janganlah kamu marah, balasan bagimu adalah surga".(Riwayat Al-Thibrani Melalui Sanad Sahih) 

MENGELAK DARI KEMARAHAN

Tabiat manusia suka berhadapan dengan keburukan orang lain. Kadangkala
tabiat itu membawa kepada dengki dan dendam. Segala cetusan ini adalah
hasutan syaitan kerana pada waktu itu manusia sudah hilang pertimbangan
lantas mereka mulai bertindak di luar pemikiran yang wajar. Untuk mengelak
persoalan tersebut setiap insan perlu mengawasi diri mereka supaya jangan
mengikut perasaan, atau jangan menyahut seruan dan panggilan orang yang
sedang marah. Seandainya kita berdaya mengawasi dan menahan keadaan

demikian, maka itulah sifat orang yang bertakwa dan beriman kepada Allah.
(Rujuk 'Abdul Hakim Assaid' Adam, 1984. hlm. 34) Firman Allah:

‘Dan orang-orang yang menahan diri dari kemarahan serta memberi kemaafan pada orang lain sesungguhnya Allah amat kasih terhadap orang yang berbuat baik’(Surah Al-Imran: 134)

Berdasarkan ayat di atas Allah menyeru hamba-Nya melakukan
kebaikan sesama manusia apabila mereka menjalin persahabatan dalam
pergaulan seharian.

Di sini kita dapati antara akhlak yang diajar oleh Allah kepada rasul-Nya
Muhammad s.a.w. ialah adab pergaulan, seperti lemah lembut, berhati mulia,
sabar dalam menghadapi situasi yang tidak diingini, pemaaf, berdamai dan
menahan marah. Sebagai dalilnya Allah berfirman:

‘Ambil olehmu wahai Muhammad jalan kemaafan dan suruh umatmu melakukan
kebaikan dan berpaling olehmu dari orang-orang yang jahil.’(Surah Al-A’raf: 199)

Ayat ini menegaskan bahawa kemaafan adalah lambang kemuliaan
akhlak ketika hendak bekerjasama dengan orang lain. Andai terdapat sikap atau
tingkah laku yang kurang menyenangkan, atau memamerkan keperibadian
yang kurang sopan dan akhlak yang rendah, kita hendaklah menjauhkan diri
dan jangan melayani mereka. (Rujuk Al-Razi. 1990. hlm. 78. Juzuk 15). Sebab itu
ketika turun ayat ini Rasulullah bertanya kepada Jibril:

"Wahai Jibril! Apa maksud ini?" Kata jibril, "Wahai Muhammad!
Sesungguhnya Tuhan kamu berfirman dengan maksud: Hendaklah kamu
sambung silatulrahim dengan siapa yang memutus persahabatan denganmu,
dan hendaklah kamu menghulur pemberian kepada siapa yang menegah
pemberiannya pada kamu dan hendaklah kamu maafkan sesiapa yang menzalimi
kamu".

Melalui ayat dan hadis ini Allah menyuruh hamba-Nya memaafkan
kesalahan orang lain, menghormati orang yang tidak menghormati orang lain
(dengan maksud sombong dan angkuh) dan merapatkan silaturahirn yang telah
terputus. Inilah gambaran sebaik-baik akhlak yang dituntut oleh Allah. (Rujuk
Al-Wahidi Al-Nisaburi. 1316H. hlm. 171). Sebab itu Rasulullah bersabda:

‘Kekuatan itu bukanlah ketika menang dalam pertarungan, sesungguhnya
kekuatan yang sebenar dapat menahan dari kemarahan.’  (Al-Bukhari)



 Sebab itu para ularna dan ahli psikologi sependapat bahawa orang yang
pemarah dan berani melakukan sesuatu di luar landasan akhlak itu ialah mereka
yang termasuk dalam golongan bodoh dan tidak normal jiwa dan fikiran karena
mengikuti nafsu dan perasaan semata-mata, bukan mengutamakan permikiran
yang bijak. Tetapi orang yang berani sebenarnya ialah mereka yang dapat
mengawal diri serta nafsu marahnya dengan penuh kesabaran serta dapat
memaafkan segala kekhilafan yang dilakukan oleh orang lain terhadapnya, sekali
gus menggambarkan dialah orang yang cerdik dan bijak. Berdasarkan firman
Allah:

‘Dan bagi siapa yang sabar dan sentiasa memberi keampunan yang demikian
itu termasuk golongan yang melaksanakan setiap yang dituntut.’(Surah Al-Syura: 43)
Dari keterangan ayat ini tidak heranlah bahwa jiwa Rasulullah s.a.w.
tidak pernah terguris atau marah. Sebab itu jiwanya diibaratkan sebagai lautan
yang tidak akan keruh bila dicampak batu ke dalamnya. Dalam al-Quran Allah
berfirman:

‘Dan balasan jahat itu ialah jahat seumpamanya maka siapa yang memberi
kemaafan serta berdamai ganjarannya ke atas Allah yang membalasnya.’(Surah Al-Syura: 40)

Melalui ayat ini dapat direnungi betapa agung akhlak Rasulullah seperti
yang dijelaskan melalui gambaran kemuliaan peribadi junjungan kita
Muhammad s.a.w.

Adalah jiwa Nabi s.a.w. bagaikan lautan bila dicampak batu kedalamnya
tidak akan keruh dan tidak akan kering berkali kali ditimba airnya, tidak ada
suatu perasaan hanya lemah lembut dan sabar, bagi orang-orang yang sabar
sangat mengenali sifat ini. Sebagai cara ke arah penyelesaian, Nabi s.a.w. tidak
melayani sebarang yang menyakiti melainkan kesabaran dan tidak pernah
merasa rugi segala perbuatan orang-orang jahil melainkan menolak secara lemah
lembut, dan tidak berhasrat membuat penentangan melainkan sekiranya ada
pencerobohan yang diharam oleh Allah maka dia menentang karena Allah. ('Ali
Said Farahali 1985. hlm. 89-91)

Dari gambaran hadis di atas jelas sikap Rasulullah s.a.w. sepanjang
hayatnya sebagai seorang yang pemaaf, penyabar dan tidak pernah marah.
Melalui sejarah kita dapat melihat betapa banyak perbuatan jahiliah yang
menyakiti Rasulullah, namun beliau tetap sabar, tidak marah, malah memberi
kemaafan terhadap segala keburukan yang dilakukan terhadapnya. Di samping
itu baginda berdoa:


‘Ya Allah! Beri olehmu petunjuk pada kaumku ini sesungguhnya mereka tidak
mengetahui.’  (Al-Bukhari) 

SABAR DAN KEBAIKANNYA

Sabar merupakan satu ungkapan yang mudah disebut tetapi sukar
dilaksanakan. Namun demikian sabar bisa dilatih dan diajar pada jiwa yang
agresif, keluh kesah dan pemarah dengan mengingati Allah dan berzikir selalu.
Firman Allah:

‘Sesungguhnya dengan mengingati Allah itu dapat menenangkan hati.’  (Surah Al-Ra'dhu: 28)

Dari hati yang tenang akan menjadikan seseorang itu sabar. Firman Allah:

‘Maka sabar olehmu bahawa kesabaran merupakan suatu yang indah.’  (Surah Al-Maarij: 5)

Pada ayat yang lain Allah berfirman:

‘Dan sekiranya kamu bersifat sabar itulah kebaikan bagi orang-orang yang
bersabar.’(Surah Al-Nahl: 126)

Sabar amat pahit dirasai tetapi hasilnya manis sekali. Itulah ungkapan
yang sering didengar saban hari, namun manusia selalu kecundang di
sebaliknya. Di sini kita perlu ingat sejarah perjuangan Rasulullah. Baginda telah
membuktikan bahawa kejayaan baginda adalah berbekalkan kesabaran yang
kuat sehingga golongan kafir Quraish menerima Islam kerana terpikat dengan
kelembutan dan kesabaran baginda. Hal ini telah dibuktikan dalam sejarah
pejuangan baginda dan kisah-kisah yang menjadi contoh kepada kita. Salah satu
dari kisah tersebut adalah seperti berikut:

Sebelum memeluk agarna Islam Zaid bin Salanah telah datang menagih
hutang kepada Rasulullah secara kasar yaitu dengan memegang bahu dan
menarik baju Rasulullah serta meluahkan kata kata, "Kamu bani Abdul mutalib
yang sukar membayar hutang", lantas Zaid dihardik oleh Sayidina Umar dengan
mengeluarkan kata-kata yang kasar. Rasulullah tersenyum kemudian berkata,
"Antara aku dan Zaid bukanlah cara begini kau lakukan wahai 'Umar.
Sepatutnya kamu menyuruh aku supaya menjelaskan hutang dengan baik, dan
kamu menasihati Zaid supaya menerima penjelasan hutangnya dengan baik",
 kemudian Rasulullah menjelaskan keadaan sebenar dengan katanya,
"Sesungguhnya baki dari hutang itu tiga cupak lagi", lalu Rasulullah menyuruh
Umar membayar dan diganda selain dari hutang itu dua puluh cupak lagi.

Peristiwa itu meninggalkan kesan yang mendalam dijiwa Zaid serta
menjadi impian untuk mendekati Rasulullah. Akhirnya impian itu menjadi satu
dorongan yang membawa Zaid menerima Islam. Setelah berada dalam agama
Islam, beliau menjelaskan bahawa kesabaran dan kelembutan Rasulullah itulah
yang memadamkan segala api kemarahan yang akhirnya membawanya untuk
bersama Rasulullah. (Rujuk Abdul Hakim Al-Sayid 'Autlah. 1984. hlm. 60)

Dari kisah di atas didapati sikap yang ditunjukkan oleh Nabi s.a.w. itu
adalah lambang kernaafan, lemah lembut, serta bejiwa damai. Seterusnya sikap
tersebut menberi kesan yang besar dalam perkembangan dakwah Islam. Bagi
kita sebagai umat Islam sifat tersebut adalah sebaik baik contoh untuk diteladani
dan diikuti kearah pengukuhan ummah. 

 BILAKAH MARAH ITU DIBOLEHKAN

Marah dibolehkan apabila terjadi sesuatu yang perlu ditentang dan
dilawan, seperti pencerobohan terhadap jiwa, nyawa, harta dan pencabulan
marah atau kehormatan. Bagi melindungi harga diri dari dicemari, kita
perlu melawan dan menentang habis-habisan, sarna ada pada diri sendiri atau
keluarga ataupun orang lain yang tidak kena mengena dengan kita. Perkara ini
memang perlu diberi pertolongan untuk menyelamatkannya. Begitu juga
pencerobohan terhadap agama seperti tempat ibadah dipermain-mainkan dan
dicemari oleh seteru dan juga terhadap saudara seagama dengan kita dianiaya
atau disiksa ketika ini perlu dimarahi dan ditentang karena Allah. Tindakannya
adalah pada hati dan jiwa yang berlandaskan akal yang waras. Perbuatan
penentangan yang dilaksanakan perlu berdasarkan syariat, supaya tidak
keterlaluan atau melampaui batas. (Rujuk Al-Manawir. 1972. hlm. 355. Juzuk 5)
Sabda Rasulullah:

‘Bukanlah kekuatan itu ketika menang dalam pertarungan, sesungguhnya
kekuatan yang sebenar dapat mengawal dari tindakan marah yang melampaui
batas.’(Al-Bukhari)

BALASAN ORANG YANG MENAHAN KEMARAHAN


Sesungguhnya menahan diri dari marah adalah sifat muttaqin dan
balasannya di sisi Allah adalah balasan orang-orang yang bertakwa. Dan Allah
memberi jaminan kepada orang yang berjaya menahan kemarahan ini dengan
memberi keutamaan di hari akhirat untuk memikh syurga yang ia mahu,
berdasarkan dalil hadis:

‘Barangsiapa yang dapat menahan dari kemarahan dan ia berjaya menghilangkannya,di hari kiamat kelak Allah memberi keutamaan dari sekalian makhluk sehingga ia memilih mana-mana pintu surga yang ia mau.’  (Al-Bukhari)

Dari pengajaran hadis ini sama samalah kita bersabar dan memberi
kemaafan kepada orang lain kerana kemaafan itu lebih tinggi martabatnya dari
menahan kemarahan. Namun demikian orang yang berjaya menahan diri dari
marah ini sudah tentu ada padanya sifat pernaaf dan ihsan pada orang lain. Jiwa
orang yang berjaya menahan marah juga sunyi dari sifat dendam, iri hati, dengki
dan talam dua muka. Sifat-sifat buruk inilah yang menyebabkan seseorang itu
tidak berjaya di akhirat, walaupun semasa hayatnya merupakan orang yang
soleh dan taat kepada perintah Allah dan Rasul-Nya. Maka dengan ini sama
samalah kita berdoa agar dijauhi sifat-sifat sedemikian, dengan doanya:


‘Ya Allah! Jadikanlah kami dari golongan orang-orang yang dapat menahan
kemarahan mereka, dan jadikanlah kami orang orang yang suka memberi
kemaafan dan perdamaian. Kategorikanlah kami bersama orang orang yang
beramal dengan mengikut apa yang diperintah oleh Allah, mengikuti penghulu
segala nabi-nabi dan rasul-rasul iaitulah penghulu kami Muhammad Salailah 'Alaihiwassalam. Ya Allah! terimakanlah doa kami.’

Read More......